Rabu, 12 Agustus 2015

ANTIBIOTIKA

          Antibiotika berasal dari bahasa latin yang terdiri dari kata anti = lawan, bios = hidup. Adalah zat-zat yang dihasilkan oleh mikroba terutama fungi dan bakteri tanah, yang dapat menghambat pertumbuhan atau membasmi mikroba jenis lain, sedang toksisitasnya terhadap manusia relatif kecil.
          Antibiotik pertama kali ditemukan oleh sarjana Inggris dr. Alexander Fleming (Penisilin) pada tahun 1928. Tetapi penemuan ini baru dikembangkan dan digunakan dalam terapi di tahun 1941 oleh dr. Florey. Kemudian banyak zat  dengan khasiat antibiotik diisolir oleh penyelidik-penyelidik lain diseluruh dunia, namun toksisitasnya hanya beberapa saja yang dapat digunakan sebagai obat. Antibiotik juga dapat dibuat secara sintetis, atau semi sintetis.
          Aktivitas antibiotik umumnya dinyatakan dalam satuan berat (mg) kecuali yang belum sempurna permurniannya dan terdiri dari campuran beberapa macam zat, atau karena belum diketahui struktur kimianya, aktivitasnya dinyatakan dalam satuan internasional = Internasional Unit (IU). Dibidang peternakan antibiotik sering dimanfaatkan sebagai zat gizi tambahan untuk mempercepat pertumbuhan ayam negeri potong.


 MEKANISME KERJA

·        Menghambat sintesa dinding sel, akibatnya pembentukan dinding sel tidak sempurna dan tidak dapat menahan tekanan osmosa dari plasma, akhirnya sel akan pecah.
·        Menghambat sintesa membran sel, molekul lipoprotein dari membran sel dikacaukan pembentukannya, hingga bersifat lebih permeable akibatnya zat-zat penting dari isi sel dapat keluar.
·        Menghambat sintesa protein sel, akibatnya sel tidak sempurna terbentuk.
·        Menghambat pembentukan asam-asam inti (DNA & RNA), akibatnya sel tidak dapat berkembang.


Efek samping
          Penggunaan antibiotika tanpa resep dokter atau dengan dosis yang tidak tepat dapat menggagalkan pengobatan dan menimbulkan bahaya-bahaya lain seperti:

1.       Sensitasi / hipersensitif
Banyak obat setelah digunakan secara lokal dapat mengakibatkan kepekaan yang berlebihan, kalau obat yang sama kemudian diberikan secara oral atau suntikan maka ada kemungkinan  terjadi reaksi hipersentitiv atau allergi seperti gatal-gatal kulit kemerah-merahan, bentol-bentol atau lebih hebat lagi dapat terjadi syok, contohnya Penisilin dan Kloramfenikol. Guna mencegah bahaya ini maka sebaiknya salep-salep menggunakan antibiotika yang tidak akan diberikan secara sistemis (oral dan suntikan).

2.       Resistensi
Jika obat digunakan dengan dosis yang terlalu rendah, atau waktu terapi kurang lama, maka hal ini dapat menyebabkan terjadinya resistensi artinya bakteri tidak peka lagi terhadap obat yang bersangkutan. Untuk mencegah resistensi, dianjurkan menggunakan kemoterapi dengan dosis yang tepat atau dengan menggunakan kombinasi obat.

3.       Super infeksi
Yaitu infeksi sekunder yang timbul selama pengobatan dimana sifat dan penyebab infeksi berbeda dengan penyebab infeksi yang pertama. Supra infeksi terutama terjadi pada penggunaan antibiotika broad spektrum yang dapat mengganggu keseimbangan antara bakteri di dalam usus saluran pernafasan dan urogenital.
Spesies mikroorganisme yang lebih kuat atau resisten akan kehilangan saingan, dan berkuasa menimbulkan infeksi baru misalnya timbul jamur Minella albicans dan Candida albicans. Selain antibiotik obat yang menekan sistem tangkis tubuh yaitu kortikosteroid dan imunosupressiva lainnya dapat menimbulkan supra infeksi.  Khususnya,anak-anak dan orangtua sangat mudah dijangkiti supra infeksi ini.


Penggolongan Antibiotik Berdasar Aktivitasnya
Berdasarkan luas aktivitas kerjanya antibiotika dapat digolongkan atas :
1.       Zat-zat dengan aktivitas sempit (narrow  spektrum)
Zat yang aktif terutama terhadap satu atau beberapa jenis bakteri saja (bakteri gram positif atau bakteri gram negatif saja). Contohnya eritromisin, kanamisin, klindamisin (hanya terhadap bakteri gram positif), streptomisin, gentamisin (hanya terhadap bakteri gram negatif saja)

2.       Zat-zat dengan aktivitas luas (broad spectrum)
Zat yang berkhasiat terhadap semua jenis bakteri baik jenis bakteri gram positif maupun gram negatif.  Contohnya   ampisilin, sefalosporin, dan kloramfenicol.

Kelompok Antibiotika
Antibiotika dikelompokan sebagai berikut:
1.             Golongan Penisilin
2.             Golongan Sefalosforin
3.             Golongan Aminoglikosida
4.             Golongan Kloramfenikol
5.             Golongan Tetrasiklin
6.             Golongan Makrolida
7.             Golongan Rifampisin dan Asam Fusidat
8.             Golongan Lain - Lain

1. GOLONGAN PENISILIN

Antibiotika pertama yang pertama ditemukan oleh Alexander Fleming di London yang satu dekade kemudian dikembangkan oleh Florey untuk penggunaan sistemik dangan menggunakan biakan Penisilium notatum. Akibat kebutuhan penisilin dalam jumlah besar pada saat perang dunia II, kemudian digunakan Penisilin crysogenum yang dapat menghasilkan penisilin lebih banyak. Sekarang dibuat secara semi sintesis. Penisilin termasuk antibiotik golongan beta-lactam karena mempunyai rumus bangun dengan struktur seperti cincin beta-lactam yang merupakan syarat mutlak untuk menunjukkan khasiatnya. Jika cincin menjadi terbuka oleh enzim beta-lactamase maka khasiat anti bakteri antibiotik penisilin menjadi lanyap.

a.    Mekanisme kerja
Penisilin merintangi / manghambat pembentukan / sintesa dinding sel bakteri sehingga sel bakteri tumbuh dengan dinding sel yang tidak sempurna maka bertambahnya plasma atau air terserap dengan jalan osmosis akan menyebabkan dinding sel pecah sehingga bakteri menjadi musnah. Dinding sel kuman terdiri dari suatu jaringanpeptidoglikan, yaitu polimer dari senyawa amino dan gula yang saling terikat satu dengan yang lain dan dengan demikian mamberikan kekuatan mekanis pada dinding. Penisilin menghalangi sintesa lengkap dari polimer ini yang spesifik bagi kuman dan disebut murein. Dinding sel manusia dan hewan tidak terdiri dari murein, maka antibiotika ini tidak toksis pada manusia.

b.    Aktivitas
Penisilin-G dan turunannya bersifat bakterisid terutama kuman gram positif dan hanya beberapa kuman gram negatif. Penisilin termasuk antibiotika spektrum sempit. Ampisilin mamiliki spektrum labih luas yang maliputi banyak kuman gram negatif. Sebagaimana telah di utarakan antibiotik bakterisida ini tidak dapat dikombinasikan dengan bakteriostatika. Hal ini dikarenakan pertumbuhan sel dan dindingnya. Semua infeksi oleh staphylococcus disebabkan oleh kuman penghasil penisilin dan karena itu harus diobati dengan penisilin yang tahan penisilinase.

c.    Resistensi
Mekanisme resistensi terhadap penisilin :
Ø  Pembentukan enzim betalaktamase.
Ø Enzim autolisin kuman tidak bekerja sehingga timbul sifat toleran kuman terhadap obat.
Ø  Kuman tidak mempunyai dinding sel

d.    Efek samping
Yang terpenting adalah reaksi alergi akibat hipersensitasi, yang dapat menimbulkan kamatian. Pada penisilin spektrum luas agak sering terjadi gangguan lambung usus mis: diare,mual,muntah. Pada dosis tinggi dapat terjadi reaksi nefrotoksis dan neurotoksis.

e.    Penggolongan
1)    Zat-zat dengan spektrum sempit, zat ini terutama aktif terhadap kuman gram positif dan diuraikan oleh penisilinase.
2)    Zat-zat tahan laktamase, dengan jalan memblokir laktamase dan dengan demikian mempertahankan aktivitas penisilin yang diberikan bersamaan.
3)    Zat-zat dengan spektrum luas, tidak tahan laktamase, maka sering digunakan terkombinasi dengan suatu laktamase-blocker.
4)    Zat-zat anti-pseudomonas, tidak tahan laktamase dan pada umumnya digunakan bersamaan dengan laktamase-blocker.

2. GOLONGAN SEFALOSPORIN

Sefalosporin diperoleh dari biakan Chepalosporium acremonium. Seperti halnya penisilin, daya mikrobanya terletak pada cincin beta-laktam, dengan mekanisme kerja berdasarkan perintangan sintesis dinding sel.
Walaupun aktivitasnya luas, namun sefalosporin bukan merupakan obat pilihan pertama untuk penyakit manapun, karena masih terdapat obat-obat lain yang kurang lebih sama khasiatnya dan jauh lebih murah harganya.

a.    Mekanisme kerja dan aktivitas
Seperti halnya antibiotik betalaktam lain, mekanisme kerja antimikroba sefalosporin ialah manghambat sintesa dinding sel mikroba. Yang dihambat ialah reaksi transpeptidase tahap ketiga dalam rangkaian reaksi pembentukan dinding sel. Sefalosporin aktif terhadap kuman gram positif maupun gram negatif, tetapi spektrum antimikroba masing-masing derivat bervariasi.

b.   Efek samping
Efek samping yang terpenting pada penggunaan oral berupa gangguan lambung-usus dan reaksi alergi seperti penisilin, yakni rash, urticaria,anafilaksis. Alergi silang sering terjadi dengan derivat penisilin. Pada penggunaan i.v sering terjadi tromboflebitis dan nyeri di tempat suntik.

c.    Penggolongan
       Berdasarkan khasiat anti mikroba dan resistensinya terhadap betalaktamase, sefalosporin lazimnya digolongkan sebagai berikut :
1)    Generasi ke-1,zat-zat ini terutama aktif terhadap coci gram positif, tidak berdaya terhadap gonococci. Pada umumnya tidak tahan laktamase.
2)     Generasi ke-2, lebih aktif terhadap kuman gram negatif. Obat-obat ini agak kuat tahan laktamase. Khasiatnya terhadap kuman gram positif.
3)     Generasi ke-3, aktivitasnya terhadap gram negatif lebih kuat dan lebih luas lagi dan meliputi pseudomonas dan bacteriodes. Resistensinya terhadap laktamase juga lebih kuat, tetapi khasiatnya terhadap staphylococcus jauh lebih rendah.
4)     Generasi ke-4, obat-obat baru ini sangat resistensi terhadap laktamase.

d.    Penggunaan
Sebagian besar dari sefalosporin perlu diberikan parenteral dan terutama digunakan di rumah sakit.
1)    Zat gen-1, sering digunakan per oral pada infeksi sauran kemih ringan dan sebagai obat pilihan kedua pada infeksi saluran nafas dan kulit yang tidak begitu parah dan bila terdapat alergi untuk penisilin.
2)    Zat gen 2/3, digunakan parenteral pada infeksi yang resisten terhadap amoxicilin dan sefalosporin gen-1, juga digunakan dengan aminoglikosida untuk memperluas dan meningkatkan aktivitasnya,digunakan juga untuk gonorrhoe akibat gonokok yang membentuk laktamase.
3)    Zat gen-3, sering dianggap sebagai obat pilihan pertama untuk gonorrhoe.
4)    Zat gen-4, dapat digunakan bila dibutuhkan efektivitas lebih besar pada infeksi dengan kuman gram positif.

3. GOLONGAN AMINOGLIKOSIDA

Aminoglikosida dihasilkan oleh jenis-jenis fungistreptomyces micromonospora.semua senyawa dan turunan semi sintesisnya mengandung dua atau tiga gula amino di dalam molekulnya yang saling terikat secara glukosidosis. Dengan adanya gugusan amino, zat-zat ini bersifat basa lemah dan garam sulfatnya yang digunakan dalam terapi mudah larut dalam air.

a.    Mekanisme kerja
Dengan mengikatkan diri pada ribosoma sel-sel bakteri, sehingga biosintesa peroteinnya dikacaukan.

b.    Aktivitas
Aminoglikosida mempunyai aktivitas bakterisid, berdasarkan dayanya untuk menembus dinding bakteri dan mengikat  diri pada ribosom didalam sel. Proses translasi (DNA & RNA) diganggu sehingga biosintesa proteinnya dikacaukan. Efek ini tidak saja terjadi pada fase pertumbuhan, melainkan juga bila kuman tidak membelah diri.

c.    Efek Samping
Semua aminoglikosid terutama pada penggunaan parenteral dapat mengakibatkan kerusakan pada organ pendengaran dan keseimbangan terutama pada Lansia, akibat kerusakan pada saraf otak kedelapan. Gejalanya berupa vertigo, telinga berdengung, bahkan ketulian yang tidak reversibel. Metimilsin adalah kurang ototoksis dibandingkan dengan obat-obat lainnya. Selain itu juga dapat merusak ginjal secara reversibel karena ditimbun dalam sel-sel tuburel ginjal. Jarang sekali blokade neurosmuskuler dengan kelemahan otot dan depresi pernafasan. Toksisitas untuk telinga dan ginjal tergantung dari tingginya kadar dalam darah, melainkan dari lamanya pemakaian serta jenis amino glikosida.

d.    Resistensi
Resistensi dapat terjadi agak pesat akibat terbentuknya enzim yang merombak struktur antibiotikum. Informasi genetis bagi enzim itu dapat ditulari melalui plasmid, hingga resistensi dapat menjalar ke kuman lain.

e.    Penggolongan
Berdasarkan rumus kimianya di golongkan sebagai berikut :
1)    Streptomisin
Diperoleh dari streptomyces griseus, toksisitasnya sangat besar karena dapat menyebabkan kerusakan pada saraf otak ke delapan yang melayani organ keseimbangan dan pendengaran gejala-gejala awalnya sakit kepala, vertigo, mual dan muntah. Kerusakan bersifat reversibel, artinya dapat pulih kembali kalau penggunaan obat diakhiri meski kadang-kadang tidak seutuhnya.
2)    Neomicin
Diperoleh dari streptomyces fradiae, tersedia untuk penggunaan topikal dan oral, penggunaan secara parenteral tidak dibenarkan karena toksis. Karena baik sebagai antibiotik usus maka digunakan untuk sterilisasi usus sebelum operasi.
3)    Kanamisin
Diperoleh dari streptomyces kanamyceticus. Persediaan dalam bentuk larutan atau bubuk kering untuk injeksi. Pemakaian oral hanya kadang-kadang diberikanuntuk infeksi usus, atau membersihkan usus untuk persiapan pembedahan. Berkhasiat bakteriostatik pada basil TBC, bahkan yang resisten terhadap streptomisin sehingga menjadi obat pilihan kedua bagi penderita TBC.
4)    Gentamisin
Diperoleh dari mycromonospora purpurea. Berkhasiat terhadap infeksi oleh kuman gram negatif seperti proteus, pseudomonas, klebsiella, enterobacter.
5)    Framisetin
Diperoleh dari streptomyces dicaris. Rumus kimia dan khasiatnya mirip neomisin. Hanya digunakan secara lokal.

4. GOLONGAN KLORAMFENIKOL

Kloramfenikol diisolasi dari streptomyces Venezuelae. Merupakan antibiotik dengan spektrum luas dan memiliki daya anti mikroba yang kuat maka penggunaan obat ini meluas dengan cepat, ketika diketahui bahwa obat ini dapat menimbulkan anemia aplastik yang fatal. Karena toksisitasnya pengguanaan sistemik sebaiknya dicadangkan untuk infeksi berat akibat meningitis dan abses otak. Bentuk tetes mata sangat bermanfaat untuk konjuntivitis bakterial. Kloramfenikol merupakan kristal putih yang sangat sulit larut dalam air dan rasanya sangat pahit,maka untuk anak-anak diberi dalam bentuk esternya yang tidak pahit rasanya dan dibuat dalam bentuk suspensi. Dalam tubuh bentuk ester akan diubah menjadi kloramfenikol aktif.

a.    Mekanisme kerja dan aktivitas
Kloramfenikol bekerja dengan menghambat sintesa protein kuman. Obat ini terikat pada ribosom subunit dan menghambat enzim peptidil transferase sehingga ikatan peptida tidak terbentuk pada proses sintesis protein kuman. Efek toksis kloramfenikol pada sistem hemopoetik sel mamalia diduga berhubungan dengan mekanisme kerja obat ini. Kloramfenikol umumnya bersifat bakteriostatik. Pada konsentrasi tinggi kloramfenikol kadang-kadang bersifat bakterisid terhadap kuman-kuman tertentu.

b.    Efek samping
1)    Kerusakan sumsum tulang belakang yang mengakibatkan pembuatan eritrosit terganggu sehingga timbukl anemia aplastis.
2)    Gangguan gastrointestinal : mual, muntah dan diare.
3)    Gangguan neuron ; sakit kepala, neuritis optik dan neuritis perifer.
4)    Pada bayi atau bayi prematur dapat menyebabkan gray sindrome.

c.    Resistensi
Mekanisme resistensi terhadap kloramfenikol terjadi melalui inaktivasi obat oleh asetil transferase yang diperantai oleh faktor-R. Resistensi terhadap proteus dan klebsiella terjadi karena perubahan permeabilitas membran yang mengurangi masuknya obat ke dalam sel bakteri.

d.    Penggunaan
Kloramfenikol merupakan drug of choice : obat pilihan untuk thypus abdominalis dan infeksi parah meningitis, pneumonia. Sebaiknya tidak diberikan pada bayi prematur untuk menghindari gray sindrome karena enzim perombakan dihati bayi belum aktif, ibu hamil dan menyusui. Derivat kloramfenikol adalah tiamfenikol, dipakai sebagai kloramfenikol karena dianggap lebih aman.

5. GOLONGAN TETRASIKLIN

Antibiotik golongan tetrasiklin yang pertama ditemukan adalah klortetrasiklin yang dihasilkan oleh streptomyces aureofaciens. Kemudian ditemukan oksitetrasiklin daristreptomyces rimosus. Tetrasiklin sendiri dibuat secara semi sintesis dari klortetrasiklin. Tetrsiklin merupakan serbuk yang berwarna kuning amfoter dan mudah terurai oleh cahaya menjadi anhidro dan epi tetrasiklin yang toksis untuk ginjal. Tetrasiklin yang telah mengalami penguraian mudah dilihat dari sediaan yang berwarna kuning tua dan coklat tua.

a.   Mekanisme kerja dan aktivitas
Tetrasiklin merupakan antibiotik dengan spektrum luas, bersifat bakteriostatik dan mekanisme kerjanya dengan jalan menghambat sintesa protein bakteri, hanya mikroba yang cepat mambelah yang dipengaruhi obat ini. Penggunaan saat ini semakin berkurang karena resistensi.

b.    Efek samping
1)     Mual, muntah-muntah, diare, karena adanya perubahan pada flora usus.
2)     Mengendap pada jaringan tulang dan gigi yang sedang tumbuh menyebabkan gigi menjadi bercak-bercak coklat dan mudah berlubang serta pertumbuhan tulang terganggu.
3)     Fotosensitasi.
4)     Sakit kepala, vertigo.

c.    Resistensi
Mekanisme resistensi yang terpenting adalah diproduksinya pompa protein yang akan mengeluarkan obat dari dalam sel bakteri. Protein ini dikode dalam plasmid dan dipindahkan dari satu bakteri ke bakteri lain melalui proses transduksi atau konjugasi. Resistensi terhadap satu jenis tetrasiklin biasanya disertai resistensi terhadap semua tetrasiklin lainnya. Tetrasiklin tidak boleh diberikan pada anak-anak di bawah 8 tahun, ibu hamil dan menyusui serta pada pasien dengan gangguan fungsi ginjal dan fungsi hati.

d.    Penggolongan
1)      Klortetrasiklin, diberikan secara oral, parenteral, topikal, absorbsi dihambat oleh susu.
2)      Oksitetrasiklin berupa cairan injeksi yang diberikan secara oral, parenteral, topikal, absorbsi dihambat oleh susu.
3)      Doksisiklin bersifat long acting, absorbsi tidak dihambat baik oleh makanan atau susu.
4)      Monosiklin, dianjurkan untuk meningitis, bronkitis dan jerawat pemberian secara oral.

e.    Penggunaan
Berhubung kegiatan anti bakterinya luas,tetrasiklin lama sekali merupakan obat terpilih untuk banyak infeksi akibat bermacam-macam kuman, terutama infeksi campuran. Akan tetapi, karena perkembangan resistensi dan efek sampingnya pada penggunaan selama kehamilan dan pada anak kecil, maka dewasa ini hanya dicadangkan untuk infeksi tertentu. Penggunaanya pada acne hebat berkat daya menghambatnya terhadap aktivitas enzim lipase dari kuman yang memegang peranan penting pada acne.

6. GOLONGAN MAKROLIDA

Kelompok antibiotik ini terdari dari eritromisin dan spiramisin.
a.    Eritromisin
Dihasilkan oleh streptomyces erythreus. Berkhasiat sebagai bakteriostatik, antibiotik ini tidak tahan atau tidak stabil dalam suasana asam karena mudah terurai oleh asam lambung dan kurang stabil pada suhu kamar tetapi cukup stabil pada suhu rendah. Untuk mencegah pengrusakan oleh asam lambung maka dibuat tablet salut selaput. Aktivitas invitro paling besar dalam suasana alkalis.

1)     Mekanisme kerja dan aktivitas
Golongan makrolida menghambat sintesa protein kuman dengan jalan berikatan secara reversibel dengan ribosom sub unit dan pada umumnya bersifat bakteriostatik, walaupun terkadang dapat bersifat bakterisida untuk kuman yang sangat peka.

2)     Efek samping
Efek samping yang berat akibat pemakaian eritromisin dan turunanya jarang terjadi. Reaksi alergi mungkin timbul dalam bentuk demam yang cepat hilang bila terapi dihentikan. Eritromisin oral sering menimbulkan iritasi saluran cerna seperti mual, muntah dan nyeri epigastrium.

3)     Resistensi
Resistensi terhadap eritromisin terjadi melalui 3 (tiga) mekanisme yang diperantai oleh plasmid yaitu :
·      Menurunnya permeabilitas membran sel kuman.
·      Berubahnya reseptor obat pada ribosom kuman.
·      Hidrolisis obat oleh ekterase yang dihasilkan oleh kuman tertentu.


b.    Spiramisin
Obat ini efektif terhadap baberapa kuman. Secara invitro aktivitas antibakteri spiramisin lebih rendah dari pada eritromisin. Spiramisin umumnya diberikan secara oral, absorbsi dari saluran cerna tidak lengkap, namun tidak dipengaruhi oleh adanya makanan dalam lambung. Kadar spiramisin dalam jaringan pada umumnya lebih tinggi dari pada antibiotik makrolid lainnya dan bertahan lama walaupun kadar obat ini dalam serum turun rendah sekali.
1)     Aktivitas
Spektrum kagiatannya sama dengan eritromosin, hanya lebih lemah. Keuntungannya adalah daya penetrasi ke jaringan mulut, tenggorokan dan sluran pernafasan lebih baik dari eritromosin.
2)     Efek samping
Jika diberikan secara oral kadang-kadang menimbulkan iritasi saluran cerna.
3)     Penggunaan
Seperti eritromisin, spiramisin digunakan untuk terapi infeksi rongga mulut dan saluran nafas.

7. GOLONGAN RIFAMPISIN DAN ASAM FUSIDAT

a. Rifampisin
Antibiotika yang dihasilkan dari Streptomyces mediterranei. Berkhasiat bakterioststik terhadap mikobakterium tuberculosa dan lepra. Penderita dengan pengobatan rifampisin perlu diberitahu bahwa obat ini dapat menyebabkan warna merah pada urin, dahak, keringat dan air mata, juga pemakai lensa kontak dapat menjadi merah permanen.


b.  Asam fusidat
Dihasilkan oleh jamur antara lain Fusidum coccineum. Merupakan satu-satunya antibiotika dengan rumus steroid. Aktivitasnya mirip penisilin tetapi lebih sempit. Berkhasiat bakteriostatik berdasarkan penghambatan sintesa protein bakteri. Khususnya dianjurkan pada radang sumsum tulang, biasanya obat ini dikombinasikan dengan eritromosin dan penisilin.

8. GOLONGAN LAIN-LAIN

a. Linkomisin
Berasal dari Streptomyces lincolnensis, memiliki khasiat bakteriostatik terhadap kuman gram positif dengan spektrum labih sempit dari eritromosin. Merupakan obat pilihan kedua bagi kuman yang resisten terhadap penisilin khususnya pada radang tulang.

b. Klindamisin
Merupakan derivat linkomisin yang digunakan sebagai lotion untuk pangobatan jerawat. Klindamisin juga aktif terhadapBacteroides fragilis dan kuman anaerob lainnya. Penggunaan klindamisin dapat memberikan efek samping diare dangan gejala demam dan nyeri abdomen serta buang air besar berlabihan dengan konsistensi tinja yang cair. Gejala dapat timbul selama terapi berlangsung atau beberapa minggu setelah pengobatan dihentikan. Indikasi penggunaan klindamisin harus dipertimbangkan dengan baik sebelum obat ini diberikan. Klindamisin dilaporkan efektif untuk beberapa infeksi serius oleh kuman yang peka yaitu sepsis, infeksi senda dan tulang, intra abdominal, pelvis, saluran nafas bawah, kulit dan jaringan lunak.

c. Golongan kuinolon
Obat golongan ini bekerja dengan jalan menghambat pembentukan DNA kuman.interaksi golongan kuinolon, bila muncul tanda inflamasi atau nyeri pada tendon, maka pamakaian obat harus dihentikan dan tendon yang sakit harus diistirahatkan sampai gejala hilang. Golongan kuinolon terdiri dari :
1)   Asam nalidiksat
Efektif untuk infeksi saluran kemih, di indonesia juga banyak digunakan.
2)    Ofloksasin
Digunakan untuk saluran kemih, saluran nafas bawah, gonorrhoe. Kontra indikasi: untuk pasien epilepsi, gangguan fungsi hati dan ginjal, wanita hamil dan menyusui.
3)    Ciprofloksasin
Terutama aktif terhadap kuman gram negatif termasuk salmonella dan shygella. Meskipun aktif terhadap kuman gram positif tapi bukan merupakn obat pilihan utama untuk streptococcus pneumonia. Siprofloksasin terutama untuk infeksi saluran kemih, saluran cerna, dan gonorrhoe. Tidak dianjurkan untuk anak remaja yang sedang dalam pertumbuhan. Dapat menimbulkan tremor, gagal ginjal, dll. Hati-hati untuk pangendara karena dapat menurunkan kewaspadaan.
4)    Nofloksasin
Obat ini digunakan untuk infeksi saluran kemih. Obat ini dapt menimbulkan anorensia, depresi, ansietas, dll. Hati-hati untuk pangendara karena dapat menurunkan kewaspadaan.